Tanpa konten media sosial institusi pemerintahan tidak dapat menyalurkan informasi kepada masyarakat. Hal ini disampaikan Dwi Rini Endrasari mewakili BMKG pada Workshop Pengelolaan Kegiatan Kehumasan yang diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri pada Kamis, 14/10/2021.
Media sosial BMKG juga membangun akun-akunnya dengan membaca demografi pengguna media sosial. Sub Koordinator Hubungan Pers dan Media BMKG Endra Sari, demografi media sosial itu diisi oleh milenial dan sebab itu akun-akun institusi haruslah adaptif dengan budaya milenial yang tidak kaku.
Strategi engage millenial adalah dengan menggunakan akun media sosial sebagai sarana sharing dan memiliki konten-konten yang otentik.
“Setidaknya terdapat enam prinsip dalam pengelolaan media sosial. Enam prinsip itu adalah Kredibel, Integritas, Profesional, Responsif, Keterwakilan dan Terintegrasi. Selain kredibel, integritas, profesional dan responsif, akun media sosial juga harus mewakili lembaga-lembaga yang terdapat di daerah-daerah dan ia juga harus terintegrasi dengan berbagai institusi dan lembaga,” kata Endra Sari.
Selain prinsip-prinsip tersebut media sosial membutuhkan konten-konten yang menarik. Konten-konten menarik ini hanya bisa dihasilkan dengan research and writing. Endra Sari menilai dua hal ini terbilang sulit sebab tidak semua orang hebat dalam menulis dan tidak semua orang memiliki kemampuan pengamatan yang baik.
“Konten-konten media sosial yang menarik tidak melulu diproduksi dengan biaya yang besar, sebab konten-konten yang kami publish di Tiktok dan Instagram di mana dua platform tersebut merupakan yang paling digandrungi, kebanyakan diproduksi oleh anak-anak magang. Asal proses produksi dan konten yang dibuat tidak kaku dan dapat dijiwai oleh jiwa Millenial,” pungkas Dwi Rini.
Sementara itu, Sub Koordinator Media Online Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Annisaa Bonita menyebutkan terdapat strategi organik yang dapat digunakan untuk merawat media sosial institusi.
“Diantara strategi yang dapat digunakan adalah Penggunaan fitur-fitur yang telah tersedia di platform media sosial yang digunakan. Sebagai contoh, kami sendiri melakukan pembacaan terhadap follower kami dan menemukan bahwa follower kami didominasi oleh penggemar Wibu. Akhirnya kami menggunakan filter anime yang tersedia di Instagram untuk menyampaikan informasi,” jelas Bonita.