Jakarta – Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah lansia pada 2010 sebanyak 18 juta jiwa atau sebanyak 7,56 persen dari total penduduk. Angka itu pada 2019 kemudian meningkat menjadi 25,9 juta jiwa atau 9,7 persen. Jumlah ini diperkirakan terus meningkat hingga pada 2035 mencapai 48,2 juta jiwa atau 15,77 persen.
Menyikapi kondisi itu, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) menggelar Webinar Obrolan Santai Kader Inspiratif (ObraS KaIN PKK) bertajuk “Persiapan Menghadapi Umur Panjang Sejak Dini”, Kamis (11/11/2021). Kegiatan ini sebagai bagian dari upaya untuk mendorong lansia tangguh.
Dalam sambutan yang disampaikan Ketua Bidang Pembinaan Karakter Keluarga Yulia Akmal secara daring, Ketua Umum TP PKK Tri Tito Karnavian menjelaskan, fenomena meningkatnya jumlah lansia ini dapat diibaratkan seperti dua sisi mata uang logam. Di satu sisi, kondisi ini bisa menjadi anugerah, tapi di sisi lain menjadi tantangan yang akan berdampak luas dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan negara.
“Dengan bekal pengalaman hidupnya, lansia bisa berperan sebagai guru kehidupan bagi generasi di bawahnya. Untuk itu harus ada langkah- langkah yang dilakukan untuk membentuk lansia tangguh,” ungkap Tri.
Lebih lanjut, Tri mengatakan, perlu adanya langkah-langkah antisipatif untuk membentuk lansia tangguh, yakni sehat, aktif, mandiri, produktif, dan bermartabat. Hanya dengan ketangguhan tersebut, keberadaan lansia akan menjadi anugerah yang memiliki kontribusi positif bagi kehidupan masyarakat dan negara.
Tri mengatakan, sebagai salah satu gerakan sosial kemasyarakatan dan sekaligus mitra pemerintah, keberadaan PKK berperan penting dan strategis menggerakkan partisipasi keluarga dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi lahirnya lansia tangguh. Terlebih PKK memiliki kelembagaan yang terstruktur di setiap wilayah hingga ke tingkat akar rumput.
“Keberadaan Gerakan PKK dalam memfasilitasi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dalam sektor pendidikan, perekonomian, dan kesehatan sudah mendapat pengakuan dan apresiasi yang luas, baik dari masyarakat sendiri, maupun dari pemerintah,” tandas Tri.
Sementara itu, Ketua Bidang Pembinaan Karakter Keluarga TP PKK Pusat Yulia Akmal menuturkan, berdasarkan survei pada 2020, penduduk Indonesia didominasi oleh usia produktif (15-64 tahun) dengan jumlah mencapai 191,08 juta jiwa atau sebanyak 70,72 persen dari total penduduk. Angka itu jauh melampaui jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun) yang hanya sebanyak 63,03 juta jiwa atau 23,33 persen. Sedangkan jumlah penduduk lansia (65 tahun ke atas) sebanyak 16,07 juta jiwa atau 5,95 persen.
“Tentunya angka tersebut membuat jumlah penduduk usia muda cenderung turun sebagai konsekuensi penurunan total fertility rate yang merupakan dampak dari berhasilnya pengendalian kuantitas penduduk melalui program keluarga berencana,” urainya.
Sedangkan jumlah penduduk lansia, lanjut Yulia, cenderung meningkat sebagai dampak peningkatan kualitas hidup masyarakat yang tercermin dari peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia.
Di lain pihak, sebagai narasumber, Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Ramah Lansia Dwi Endah menjelaskan, keluarga berperan penting dalam menjaga kesehatan lansia. Salah satu langkah yang dapat dilakukan keluarga, yakni mengenal masalah kesehatan pada lansia dan mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasinya.
Selain itu, Dwi menjelaskan terdapat rumus “BAHAGIA” untuk merawat usia panjang yaitu bersyukur, aktivitas fisik, menyalurkan hobi, aktivitas sosial, gizi seimbang, iman ditingkatkan, dan mengatur pikiran.